1. Jangan malas berdo’a
Gemarlah untuk berdo’a di setiap waktu dan kesempatan, baik ketika berdiri, duduk, maupun ketika berbaring.
“Dan Rabb-mu berfirman: ‘ Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku1 akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’”. (QS. Ghaafir: 60)
2. Berdo’alah dengan memperhatikan adab-adabnya
Adab-adab berdo’a telah banyak dijelaskan di dalam banyak buku, dengan demikian, maka do’a Anda akan lebih dekat untuk dikabulkan. Di antaranya: ikhlas, yakin, perlahan, dan tidak berlebihan. Allah [swt] berfirman:
“Berdoalah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.2” (QS. Al-A’raaf: 55)
3. Dibolehkan berdo’a agar dikaruniai seorang anak dengan jenis kelamin tertentu
Meskipun ia telah mengetahui (dari USG yang dilakukan dokter di laboratorium) bahwa jenis kelamin janin yang dikandungnya tersebut tidak sesuai dengan yang ia harapkan, namun tidak ada halangan baginya untuk berdoa agar diberi rizki seorang anak dengan jenis kelamin yang ia inginkan. Karena boleh jadi keinginannya itu akan dikabulkan pada kehamilan berikutnya, tidak pada kehamilan yang ini. Akan tetapi yang lebih penting dan utama dari itu adalah ridha kepada Allah [swt] atas segala takdir-Nya. Dan yakinlah bahwa hal itu pasti merupakan pilihan Allah [swt] yang terbaik baginya. Janganlah minta kepada Allah [swt] agar mengubah jenis kelamin janinnya, karena jika demikian ia termasuk berlebihan dalam meminta kepada Allah. Dan jangan bermuka masam apabila dilahirkan baginya seorang anak dengan jenis kelamin yang tidak ia inginkan.
4. Lebih baik ia berdo’a agar dikaruniai anak yang shalih dan shalihah
Hal tersebut seperti doa Nabi Zakariya [alayhis]:
“Wahai Rabb-ku berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.” (QS. Ali-‘Imran: 38)
Atau do’a ibaadur rahmaan (hamba Allah Yang Maha Pemurah):
“Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqaan: 74)
*Dan banyak do’a lainnya dari al-Qur’an maupun al-Hadits.
Tidak mengapa memohon dikaruniai anak yang tampan, cantik, dan lain-lain, selama untuk kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah [saw] bersabda:
“Hendaklah salah seorang dari kalian meminta keperluannya kepada Rabb-nya, hingga tali sandalnya apabila putus.”3
5. Tetaplah untuk bersabar
Bahkan tidak cukup dengan sabar, akan tetapi kesabaran itu harus dikuatkan. Bahkan sertailah dengan kewaspadaan. Allah [swt] berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali ‘Imran: 200)
6. Iringi do’a dengan ikhtiar untuk berobat
Janganlah berputus asa untuk selalu berobat. Dan jangan memperlambat pengobatan. Jangan berangan-angan ingin mati saja, sekronis apa pun penyakit yang Anda derita. Ingat bahwa setiap penyakit ada obatnya, sebagaimana sabda Nabi [saw]:
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat penyakit itu tepat dengan penyakitnya, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.”4
7. Sertailah do’a dengan optimism, berprasangka baik kepada Allah Ta’ala
Hal ini sesuai dengan firman Allah [swt] dalam hadits Qudsi:
“Aku tergantung prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku berserta dia, jika dia mengingat-Ku.’”5
8. Semoga Anda disembuhkan dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit
Namun apabila sedikit sekali harapan untuk sembuh, jangan berdo’a untuk meminta kematian, kecuali dengan menyandarkannya pada kebaikan.
Perhatikan sabda Nabi [saw] yang diriwayatkan dari Anas bin Malik [ranhu], ia mengatakan bahwa Rasulullah [saw] bersabda:
“Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian mengangan-angankan mati disebabkan penderitaan yang menimpanya. Namun, apabila tidak boleh tidak, ia harus melakukannya, maka ucapkanlah: “Allahumma ahyinii maa kaanatil hayaatu khairan lii. Wa tawaffanii idzaa kaanatil wafaatu khairan lii (Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupa itu lebih baik bagiku. Dan wafatkanlah aku selama kematian itu lebih baik bagiku).”6
Disadur dari buku “Do’a dan Dzikir untuk Ibu Hamil” oleh Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah, terbitan pustaka Ibnu ‘Umar.
Foot Note:
1. Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdo’a kepadaKu.
2. Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.
3. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani rahumahullah dalam al-Misykaah (no. 2551, al-Maktabah asy-Syaamilah)
4. HR Muslim (no. 4084, al-Maktabah asy-Syaamilah)
5. HR Muslim (no. 6856, al-Maktabah asy-Syaamilah)
6. HR Al-Bukhari (no. 5239, al-Maktabah asy-Syaamilah)
(Red-HASMI/jilbab/Ummu Salman)