Jatah rezeki seorang hamba telah ditentukan Alloh subhanahu wata’ala sebelum ia dilahirkan ke dunia. Tetapi takdir kadar rezeki itu hanya Alloh subhanahu wata’ala yang mengetahuinya. Hikmah dirahasiakannya takdir kadar rezeki tersebut untuk menguji kehidupan seseorang. Sehingga setiap hamba dituntut untuk tetap mencari penghidupan dirinya dengan tetap menjaga batas-batas yang telah ditentukan Alloh subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya .
Seorang hamba dituntut untuk berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal. Setelah usaha maksimal tersebut telah dilakukan maka harus bertawakal kepada Alloh subhanahu wata’ala terkait kadar rezeki yang akan diterimanya. Berkaitan dengan hal ini Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam telah memberikan panduan yang sangat mendasar sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan-nya:
عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.
Umar bin Khattab rodhiyallohu’anhu meriwayatkan hadits bahwa Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda, “Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal pada Alloh, niscaya kalian akan diberikan rezeki sebagaimana seekor burung yang berangkat pagi hari dengan perut yang kosong dan kembali pada sore hari dengan perut yang kenyang.
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini adalah pondasi tawakal pada Alloh. Hakikat tawakal adalah kejujuran hati dalam penyandaran segala urusan hanya pada Alloh subhanahu wata’ala untuk memperoleh kebaikan dan menolak keburukan baik di dunia maupun di akhirat. Dan tawakal ini sama sekali tidak menghilangkan usaha seorang hamba untuk meraih sesuatu.
Tawakal seorang hamba termasuk sebab terbesar untuk memperoleh rezeki dari Alloh subhanahu wata’ala, memperoleh segala hajat yang dibutuhkan dan menjadikan pelakunya senantiasa ridho dengan ketetapan Alloh subhanahu wata’ala. Dalam hadits diatas Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam mengabarkan bahwa siapa saja yang bertawakal pada Alloh subhanahu wata’ala dengan sebenar-benarnya, maka dia akan mendapatkan rezeki sebagaimana seekor burung mendapatkan rezeki setiap harinya.
Seekor burung tersebut setiap pagi keluar dari sangkarnya dalam keadaan perut kosong tanpa merencanakan akan mengambil makanan di tempat tertentu, akan tetapi pada sore hari ia kembali ke sarangnya dengan perut kenyang. Burung ini ternyata setiap harinya menikmati rezeki dari Alloh subhanahu wata’ala dengan arah yang tidak pernah diduganya, semuanya disediakan oleh Alloh subhanahu wata’ala yang Maha Pemberi Rezeki.
Begitu pula seorang mukmin jika dia bertakwa kepada Alloh subhanahu wata’ala dengan merealisasikan hakikat tawakal maka dia akan mendapatkan rezeki yang tidak terduga. Akan banyak rezeki-rezeki yang berdatangan dari arah yang tidak pernah diduga sebagai balasan tawakal di dunia ini.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya.”
(QS. al-Talaq [65]: 2-3)
Pada ayat tersebut Alloh subhanahu wata’ala menjamin pelaku takwa dengan solusi-solusi dari setiap kesulitan hidup dan juga akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka olehnya. Rezeki bagi seorang hamba terkadang diberikan oleh Alloh subhanahu wata’ala dari jalan yang diperkirakan dan disangka seperti gaji bulanan, keuntungan dagang yang diprediksikan, panen yang diharapkan dan lain-lain. Dan ada juga rezeki yang datang begitu cepat dan datang tanpa perkiraan sebelumnya seperti seorang kawan yang tiba-tiba datang membawa hadiah, dan lain sebagainya, ini semua akan diraih oleh mereka yang merealisasikan takwa pada Alloh subhanahu wata’ala.
Kemudian orang yang bertawakal maka dia akan dipenuhi segala hajat hidupnya di dunia dan di akhirat. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dan mempunyai angan-angan kebaikan yang bersifat duniawi dan ukhrowi, untuk mereka yang menggantungkan setiap angan-angannya pada Alloh subhanahu wata’ala Yang Maha Kaya niscaya semuanya akan dipenuhi oleh Alloh subhanahu wata’ala. Kesehatan, keluarga yang baik, rumah yang layak, makanan yang sehat dan lain sebagainya akan terpenuhi di dunia ini serta di akhirat nanti ia pun akan masuk ke dalam surga secara kekal abadi.
Takwa dan tawakal adalah dua sifat yang tidak bisa dipisahkan. Takwa adalah sifat umum untuk semua prilaku kebaikan, dan tawakal adalah salah satu cabang dari sifat takwa seseorang. Sehingga orang yang bertakwa pasti mempunyai sifat tawakal pada Alloh subhanahu wata’ala.
Tawakal pada Alloh subhanahu wata’ala adalah satu ibadah yang dibebankan pada manusia, tawakal ini adalah ibadah hati yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sangat mengenal sifat-sifat Alloh Robbul ‘Alamin Yang Maha Mulia. Semakin dalam seorang hamba mengenal Alloh subhanahu wata’ala maka akan semakin bertawakal hatinya pada Alloh subhanahu wata’ala. Ketika hati manusia mengenal bahwa Alloh al-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki), al-Rahman dan al-Rahim (Maha Pemurah dan Penyayang), al-Malik (Pemilik segala sesuatu), dan Robbul ‘Alamin (Pencipta, pengatur, penentu dan Penguasa seluruh Alam), maka dia akan semakin tunduk dan menyerahkan diri dengan sebenarnya pada Alloh subhanahu wata’ala.
Wallohu Ta’ala a’lam…